Dinamika
Ketahanan dan Kompetensi Sosial-Budaya Prajurit Multinasional
Oleh:
Arif Rudi S
Pertanyaan:
Seorang Komandan Kompi
(Danki) Penjaga Markas (Force Protection Company) asal Indonesia, kedatangan
tamu seorang Kolonel, komandan lokal pasukan setempat. Saat tiba dengan mobil
di pos depan, ia berkata akan menemui komandan pasukan PBB yang sudah
dikenalnya dengan baik. Namun demikian namanya tidak ada dalam daftar, Danki berhak
menolak masuk, dan ia melakukannya. Karena Kolonel berkeras, muncul ketegangan
dan sang Kolonel pun memaki-maki si Danki. Ajudan Kolonel lalu turun dari mobil
dan bernegosiasi meminta Danki agar menelpon Kepala staf (Kastaf) pasukan
seorang Brigadir Jenderal dari Inggris. Kemudian sang Kolonel bicara langsung
dengan Kastaf meminta Danki agar mempersilahkan masuk, karena jika tidak akan
terjadi masalah diplomatis. Mengapa ini bisa terjadi? Bukankah menurut
Trompenaars & Turner (1997), orang Inggris jauh lebih taat aturan dari
orang Indonesia bukan sebaliknya?
Jawaban:
Menurut Trompenaars & Turner (2007)
orang Eropa Kastaf (orang Inggris) jauh lebih taat aturan daripada orang
Indonesia (Komandan Kompi). Berdasarkan penelitiannya orang Eropa bersifat universalis
yaitu lebih memilih aturan daripada intuisi sedangkan orang Asia sebaliknya
lebih memilih intuisi daripada mematuhi aturan. Akan tetapi Kastaf yang
merupakan orang Inggris tersebut memiliki kecerdasan budaya yang baik sehingga
ia paham akan budaya setempat dan bertindak sesuai dengan budaya setempat.
Sedangkan Danki dari Indonesia yang sebenarnya lebih memiliki sifat intuitif
dan kurang mematuhi aturan seperti orang Inggris akan tetapi Danki dari
Indonesia tersebut berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaannya
dimana ia berusaha menaati aturan yang ada dan ia melarang tamu yang tidak
sesuai prosedur masuk markas. Sedangkan Kastaf orang Inggris tersebut memilih
untuk mengizinkan Kolonel masuk ke markas karena ia ingin tetap menjaga hubungan
baik dengan komandan lokal sehingga hubungan baik di antara mereka tetap
terjaga dan tidak timbul masalah baru dan lebih menguntungkan bagi peacekeeper di masa depan.
Sumber:
LJ
UAS Semester I, Socio-Cultural Competence and Resilience, Arif Rudi S. DRK,
Unhan, 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar