Ketahanan Sosial Komunitas
Editor: Arif Rudi
S
Pertanyaan:
Ketahanan sosial (social resilience) suatu komunitas,
dicirikan oleh kemampuan dari komunitas tersebut untuk mengadopsi nilai-nilai
yang cenderung mengarah pada kebersamaan. Sesuai penelitian Hofstede, nilai
rata-rata responden Indonesia cenderung lebih kolektivis. Namun demikian,
mengapa pada saat terjadi bencana, kita temukan masyarakat Indonesia
seolah-olah berebut bantuan, sehingga terlihat sangat individualis dan tidak
teratur, berbeda dengan masyarakat Jepang yang saat mengalami tsunami, terlihat
sangat kolektif, saling menawarkan bantuan tersebut kepada orang yang lebih
membutuhkan? Apakah masyarakat kita sudah menjadi individualis?
Jawaban:
Sesuai penelitian
Hofstede nilai rata-rata responden Indonesia cenderung lebih kolektivis yang
artinya masyarakat Indonesia mengadopsi nilai-nilai yang mengarah kepada
kebersamaan. Akan tetapi pada saat terjadi bencana ditemukan bahwa masyarakat
Indonesia saling berebut bantuan sehingga terlihat sangat individualis dan
tidak teratur, berbeda dengan masyarakat Jepang ketika mengalami tsunami
terlihat kolektif dan saling memberikan bantuan kepada yang membutuhkan. Hal
tersebut disebabkan karena Community
resilience orang Indonesia rendah meskipun kolektivitasnya tinggi. Community Resilience adalah konsep ketahanan
masyarakat yang dikembangkan terutama dalam konteks bencana, gangguan sipil dan
perang, di mana badan-badan bantuan mengamati bahwa masyarakat bereaksi berbeda
terhadap bencana yang sama. Ketahanan masyarakat merupakan sebuah proses di
mana faktor-faktor budaya, politik dan sosial berinteraksi dalam menghadapi
kondisi yang merugikan untuk membentuk sebuah komunitas kohesif.
Menurut
Manyena (2006), ketahanan masyarakat mencerminkan kemampuan masyarakat untuk
menahan tekanan yang berhubungan dengan:
(1) Besarnya guncangan bahwa masyarakat atau
sistem dapat menyerap sambil mempertahankan keadaan tertentu;
(2)
Sejauh mana masyarakat mampu mandiri
organisasi;
(3)
Sejauh mana masyarakat dapat membangun
kapasitas untuk belajar dan adaptasi.
Rendahnya
community resilience orang Indonesia
menyebabkan ketika terjadi tsunami masyarakat Indonesia menjadi terlihat
Individualis, karena saling berebut bantuan secara tidak teratur dibandingakan
masyarakat Jepang yang justru saling menawarkan bantuan kepada yang membutuhkan.
Akan tetapi hal itu tidak berarti bahwa masyarakat Indonesia menjadi
individualis akan tetapi karena rendahnya community
resilience.
Sumber:
LJ
UAS Semester I, Socio-Cultural Competence and Resilience, Arif Rudi S. DRK,
Unhan, 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar