Rabu, 05 Februari 2020

Dinamika Kecerdasan Budaya (Advokat | Pengacara Wonosobo)


Dinamika Kecerdasan Budaya
Editor: Arif Rudi S

Pertanyaan:

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang sopan santun dan memiliki budaya yang beragam. Lalu mengapa kita melihat di TV dalam satu talk show, ada seorang profesor alumni dari universitas di Amerika yang terkenal sangat sulit untuk diterima dan lulus, secara terbuka berbicara tentang suku/agama lain seolah-olah sebagai musuh dan kemudian memaki-maki orang dari suku/agama tersebut secara live (siaran langsung), sehingga ditegur oleh pewawancaranya? Jelaskan melalui teori kecerdasan yang anda ketahui. Apakah ada kompetensi yang kurang pada diri profesor ini? Jika ya, bagaimana cara merubah atau mengembangkan perilaku profesor ini agar lebih baik di masa depan?

Jawaban:

Kompetensi yang kurang dari profesor yang memiliki Intelectual Quotient (IQ) tinggi yang dibuktikan dari statusnya sebagai alumni dari universitas di Amerika tersebut adalah ia memiliki Emotional Intelligence (EI), Cultural Quotient (CQ) rendah sehingga ia memiliki Social Intelligence (SI) yang rendah pula. IQ adalah ukuran tingkat kecerdasan seseorang yang dapat menunjukkan seseorang dapat berhasil dalam prestasi akademik, EI merupakan kemampuan kecerdasan memanfaatkan informasi emosional sedangkan CQ adalah kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dalam berbagai budaya. Menurut Crowne antara SI, EI dan CQ saling berhubungan. SI merupakan kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas interpersonal dan bertindak secara bijaksana dalam berhubungan atau kemampuan seseorang untuk memahami dan mengelola orang lain. Sedangkan EI adalah kemampuan untuk mengenali dan memahami emosi tidak hanya pada diri sendiri, tetapi juga orang lain serta kemampuan untuk secara efektif menggunakan informasi emosional dalam proses berpikir dan tindakan yang tepat sehingga EI merupakan bagian dari SI  dengan fokus pada aspek emosional. CQ adalah kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dalam berbagai budaya sehingga ia merupakan bagian dari SI (varian dari SI) namun khusus untuk konteks budaya atau lintas budaya yang artinya bahwa semua aspek CQ juga bisa dianggap sebagai keterampilan SI. Jadi tidak semua interaksi sosial memerlukan keterampilan EI dan keterampilan CQ tetapi EI dan CQ adalah keterampilan-keterampilan yang membuat seseorang cerdas secara sosial (SI). Profesor alumnus dari Amerika serikat tersebut ber-IQ tinggi akan tetapi memiliki EI dan CQ yang rendah ditunjukkan dengan memusuhi suku/agama lain dan memaki-maki orang dari suku/agama lain itu di depan televisi saat siaran langsung sehingga mengakibatkan ia sulit berempati dan melakukan berinteraksi sosial sesuai dengan norma-norma yang dijunjung tinggi masyarakat Indonesia karena rendahnya SI Profesor tersebut.

Kecerdasan Emosi (EQ) merupakan faktor yang harus ditingkatkan oleh Profesor tersebut.  Orang yang memiliki EQ tinggi, akan menyadari kondisi emosinya serta mampu mengelola emosinya. Ia akan mampu beradaptasi dengan dunia luar. Selain itu ia juga akan dapat memelihara keseimbangan diri pada saat menghadapi masalah (resilien/tangguh). Saat berinteraksi dengan orang lain, orang yang EQ nya tinggi, akan memiliki kesadaran tentang kondisi dirinya dan orang lain, termasuk berempati pada orang lain, pada saat  orang lain tersebut berada pada kondisi emosional yang negatif. Hal ini tentunya akan menjadi modal dasar baginya untuk mengembangkan Kecerdasan Sosial  (SQ) nya, karena orang yang SQ-nya tinggi, akan mampu berempati pada orang lain, sehingga ia akan lebih mudah untuk memilih perilaku yang tepat sehingga dapat diterima oleh lingkungan sosialnya (memiliki Kompetensi Sosial). Selanjutnya jika Pofesor tersebut bersedia untuk meningkatkan pengetahuan dan motivasinya untuk mempelajari budaya lain melalui pengalaman dan metoda pelatihan yang tepat, maka ia akan mampu mengembangkan kecerdasan budayanya (CQ).

Sumber:
LJ UAS Semester I, Socio-Cultural Competence and Resilience, Arif Rudi S. DRK, Unhan, 2014.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Fakta Pengadilan Agama Wonosobo (I)

Penyelesaian Konflik Agraria

Penyelesaian Konflik Agraria Konflik agraria sering terjadi akibat tumpang tindih kepemilikan atau penggunaan lahan antara masya...