Tonggak Reformasi 1998 dan Prinsip Dasar Gandhi (Satyagraha-Ahimsa-Tapasy)
Editor: Arif Rudi S
Tonggak Reformasi tahun 1998 memiliki arti
yang besar bagi perjalanan bangsa Indonesia. Peristiwa tersebut merupakan peristiwa
sejarah penting yang mengantarkan Indonesia ke babak baru dalam bernegara dan berdemokrasi,
di mana demokrasi itu mencita-citakan kesejahteraan bangsa bersama seperti yang
diinginkan oleh tokoh dari India, yaitu Mahatma Gandhi.
Mahatma Gandhi mengajarkan Sarvodaya yang
menginginkan kesejahteraan untuk semua. Ia mengajarkan untuk melakukan tiga
prinsip dasar yaitu: Satyagraha (kebenaran), Ahimsa (anti kekerasan) dan Tapasya
(pengorbanan diri). Meskipun tidak sepenuhnya ketiga prinsip dasar itu
diterapkan secara sadar pada proses di sekitar munculnya era reformasi di
Indonesia, akan tetapi prinsip-prinsip tersebut ikut mewarnai proses reformasi
pada tahun 1998 tersebut.
Satyagraha
Dalam proses reformasi, prinsip Satyagraha
(proses mencari kebenaran) bila dilihat dari level individual maka dapat
dijelaskan bahwa rakyat menginginkan negara dijalankan dengan lebih demokratis.
Korupsi, kolusi dan nepotisme ingin dihilangkan dari Indonesia. Masyarakat
menginginkan kemiskinan diberantas dan dilaksanakannya reformasi negara secara total.
Di level sosial, proses perlawanan sipil dilakukan oleh berbagai kalangan
masyarakat dan mahasiswa secara umum dengan tanpa kekerasan. Mereka melakukan
upaya-upaya protes tanpa kekerasan dengan melakukan kampanye-kampanye propaganda secara
aktif seperti demonstrasi dan
melancarkan ultimatum apabila
tuntutan tidak dipenuhi. Aksi-aksi massa yang dilakukan pada saat itu antara lain adalah adalah melakukan pendudukan gedung DPR/MPR, demonstrasi secara besar-besaran dan berbagai bentuk
aksi damai lainnya.
Ahimsa
Prinsip Ahimsa ditunjukkan
dengan proses pergantian kekuasaan tidak dilaksanakan dengan kudeta militer
berdarah, akan tetapi dilaksanakan secara konstitusional di mana Presiden
Soeharto meletakkan jabatannya dan digantikan oleh Presiden BJ Habibie. Hal itu
menunjukkan pengakuan yang tinggi terhadap kehidupan dan tidak melukai mahluk hidup
lainnya seperti ajaran Gandhi, meskipun di beberapa
tempat di Jakarta, yogyakarta, Medan dan beberapa kota besar timbul korban jiwa
selama peristiwa gerakan mahasiswa pro reformasi berlangsung.
Tapasya
Memburuknya ekonomi pada era pra reformasi
yang telah memunculkan gerakan pro reformasi yang saat itu ditandai dengan
rupiah yang tembus Rp 17.000 dan harga BBM meningkat 71% menginginkan
masyarakat untuk melaksanakan prinsip Tapasya. Hidup sederhana dan bekerja
keras adalah prinsip tapasya. Tapasya merupakan sikap mental dan sikap batin
menyeluruh yang dalam era reformasi sangat penting untuk dilakukan oleh rakyat
Indonesia.
Sumber: LJ
UAS Semester I. Arif RS. Nature of Conflict.DRK, Unhan, 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar