Sabtu, 01 Februari 2020

Tonggak Reformasi 1998 dan Prinsip Dasar Gandhi (Satyagraha-Ahimsa-Tapasy) - Advokat | Pengacara Wonosobo


Tonggak Reformasi 1998 dan Prinsip Dasar Gandhi (Satyagraha-Ahimsa-Tapasy)
Editor: Arif Rudi S

Tonggak Reformasi tahun 1998 memiliki arti yang besar bagi perjalanan bangsa Indonesia. Peristiwa tersebut merupakan peristiwa sejarah penting yang mengantarkan Indonesia ke babak baru dalam bernegara dan berdemokrasi, di mana demokrasi itu mencita-citakan kesejahteraan bangsa bersama seperti yang diinginkan oleh tokoh dari India, yaitu Mahatma Gandhi.

Mahatma Gandhi mengajarkan Sarvodaya yang menginginkan kesejahteraan untuk semua. Ia mengajarkan untuk melakukan tiga prinsip dasar yaitu: Satyagraha (kebenaran), Ahimsa (anti kekerasan) dan Tapasya (pengorbanan diri). Meskipun tidak sepenuhnya ketiga prinsip dasar itu diterapkan secara sadar pada proses di sekitar munculnya era reformasi di Indonesia, akan tetapi prinsip-prinsip tersebut ikut mewarnai proses reformasi pada tahun 1998 tersebut.

Satyagraha
Dalam proses reformasi, prinsip Satyagraha (proses mencari kebenaran) bila dilihat dari level individual maka dapat dijelaskan bahwa rakyat menginginkan negara dijalankan dengan lebih demokratis. Korupsi, kolusi dan nepotisme ingin dihilangkan dari Indonesia. Masyarakat menginginkan kemiskinan diberantas dan dilaksanakannya reformasi negara secara total. Di level sosial, proses perlawanan sipil dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat dan mahasiswa secara umum dengan tanpa kekerasan. Mereka melakukan upaya-upaya protes tanpa kekerasan dengan melakukan  kampanye-kampanye propaganda secara aktif seperti demonstrasi dan melancarkan ultimatum apabila tuntutan tidak dipenuhi. Aksi-aksi massa yang dilakukan pada saat itu antara lain adalah adalah melakukan pendudukan gedung DPR/MPR, demonstrasi secara besar-besaran dan berbagai bentuk aksi damai lainnya.

Ahimsa
Prinsip Ahimsa ditunjukkan dengan proses pergantian kekuasaan tidak dilaksanakan dengan kudeta militer berdarah, akan tetapi dilaksanakan secara konstitusional di mana Presiden Soeharto meletakkan jabatannya dan digantikan oleh Presiden BJ Habibie. Hal itu menunjukkan pengakuan yang tinggi terhadap kehidupan dan tidak melukai mahluk hidup lainnya seperti ajaran Gandhi, meskipun di beberapa tempat di Jakarta, yogyakarta, Medan dan beberapa kota besar timbul korban jiwa selama peristiwa gerakan mahasiswa pro reformasi berlangsung.

Tapasya
Memburuknya ekonomi pada era pra reformasi yang telah memunculkan gerakan pro reformasi yang saat itu ditandai dengan rupiah yang tembus Rp 17.000 dan harga BBM meningkat 71% menginginkan masyarakat untuk melaksanakan prinsip Tapasya. Hidup sederhana dan bekerja keras adalah prinsip tapasya. Tapasya merupakan sikap mental dan sikap batin menyeluruh yang dalam era reformasi sangat penting untuk dilakukan oleh rakyat Indonesia.
                                                  
Sumber: LJ UAS Semester I. Arif RS. Nature of Conflict.DRK, Unhan, 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Fakta Pengadilan Agama Wonosobo (I)

Penyelesaian Konflik Agraria

Penyelesaian Konflik Agraria Konflik agraria sering terjadi akibat tumpang tindih kepemilikan atau penggunaan lahan antara masya...