Selasa, 04 Februari 2020

Asimilasi, Integrasi dan Psikologi Sosial (Advokat | Pengacara Wonosobo)


Asimilasi, Integrasi dan Psikologi Sosial
Editor: Arif Rudi S

I.     Asimilasi dan Integrasi
Asimilasi (melting pot) merupakan usaha pembauran kebudayaan yang disertai dengan pengurangan/penghilangan ciri khas budaya asli sehingga membentuk budaya baru. Untuk mengurangi perbedaan itu asimilasi meliputi usaha-usaha untuk mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memerhatikan kepentingan serta tujuan bersama (kelompok berbeda akan diarahkan melebur dan mengadopsi warna yang dominan. Sedangkan Integrasi menghendaki bahwa minoritas berhak mempertahankan budaya adat istiadatnya sendiri namun tetap dalam naungan satu bangsa dan negara.

Bagi Indonesia, sebaiknya kedua pendekatan tersebut tidak perlu dipertentangkan dalam rangka usaha untuk mencapai kehidupan yang harmonis dalam masyarakat yang majemuk, sebab mempertentangkan kedua cara tersebut secara antagonis mungkin dapat berakibat negatif. Setiap warga negara sebaiknya dapat menerima pilihan hidup masing-masing, dan pemerintah wajib bersikap adil terhadap seluruh warga negara dan memperlakukannya dengan bijaksana sesuai dengan kemajemukan bangsa yang ada.

II.  Psikologi Sosial
Menurut David O Sears (1994), psikologi sosial adalah ilmu yang berusaha secara sistematis untuk memahami perilaku sosial mengenai:
a. Bagaimana kita mengamati orang lain dan situasi sosial;
b. Bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita;
c. Bagaimana kita dipengaruhi oleh situasi sosial.

Dalam teori identitas sosial, individu tidak dianggap sebagai individu secara mutlak satu dalam kehidupannya, akan tetapi ia adalah bagian dari kelompok tertentu baik disadari maupun tidak disadari. Konsep identitas sosial adalah bagaimana seseorang secara sosial dapat didefinisikan (verkuyten, 2005).

Psikologi sosial berusaha memahami bagaimana kita mengamati orang lain dan suatu situasi sosial. Dalam konteks pemilu yang baru selesai terjadi fenomena identifikasi diri, dimana masing-masing kubu mengidentifikasi diri mereka berbeda dengan kelompok lain (melalui facebook, twitter dll), apabila hal ini dibiarkan dapat mengakibatkan konflik komunal yang lebih nyata di tengah masyarakat. Media sosial berpengaruh besar terhadap terjadinya persepsi seseorang terhadap situasi sosial yang menimbulkan reaksi sesuai dengan karakteristik isu-isu yang diusung oleh, misalnya: Manajer kampanye masing-masing pihak.

Sumber:
LJ UTS Semester I,Socio-Cultural Competence and Resilience.Arif Rudi S. DRK, Unhan, 2014.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Fakta Pengadilan Agama Wonosobo (I)

Penyelesaian Konflik Agraria

Penyelesaian Konflik Agraria Konflik agraria sering terjadi akibat tumpang tindih kepemilikan atau penggunaan lahan antara masya...