Asimilasi,
Integrasi dan Psikologi Sosial
Editor: Arif Rudi S
I.
Asimilasi
dan Integrasi
Asimilasi
(melting pot) merupakan usaha
pembauran kebudayaan yang disertai dengan pengurangan/penghilangan ciri khas
budaya asli sehingga membentuk budaya baru. Untuk mengurangi perbedaan itu
asimilasi meliputi usaha-usaha untuk mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan
perasaan dengan memerhatikan kepentingan serta tujuan bersama (kelompok berbeda
akan diarahkan melebur dan mengadopsi warna yang dominan. Sedangkan Integrasi
menghendaki bahwa minoritas berhak mempertahankan budaya adat istiadatnya
sendiri namun tetap dalam naungan satu bangsa dan negara.
Bagi
Indonesia, sebaiknya kedua pendekatan tersebut tidak perlu dipertentangkan
dalam rangka usaha untuk mencapai kehidupan yang harmonis dalam masyarakat yang
majemuk, sebab mempertentangkan kedua cara tersebut secara antagonis mungkin dapat
berakibat negatif. Setiap warga negara sebaiknya dapat menerima pilihan hidup
masing-masing, dan pemerintah wajib bersikap adil terhadap seluruh warga negara
dan memperlakukannya dengan bijaksana sesuai dengan kemajemukan bangsa yang ada.
II. Psikologi Sosial
Menurut
David O Sears (1994), psikologi sosial adalah ilmu yang berusaha secara
sistematis untuk memahami perilaku sosial mengenai:
a.
Bagaimana kita mengamati orang lain dan situasi sosial;
b.
Bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita;
c.
Bagaimana kita dipengaruhi oleh situasi sosial.
Dalam
teori identitas sosial, individu tidak dianggap sebagai individu secara mutlak
satu dalam kehidupannya, akan tetapi ia adalah bagian dari kelompok tertentu
baik disadari maupun tidak disadari. Konsep identitas sosial adalah bagaimana
seseorang secara sosial dapat didefinisikan (verkuyten, 2005).
Psikologi
sosial berusaha memahami bagaimana kita mengamati orang lain dan suatu situasi
sosial. Dalam konteks pemilu yang baru selesai terjadi fenomena identifikasi
diri, dimana masing-masing kubu mengidentifikasi diri mereka berbeda dengan
kelompok lain (melalui facebook, twitter dll), apabila hal ini dibiarkan dapat
mengakibatkan konflik komunal yang lebih nyata di tengah masyarakat. Media
sosial berpengaruh besar terhadap terjadinya persepsi seseorang terhadap
situasi sosial yang menimbulkan reaksi sesuai dengan karakteristik isu-isu yang
diusung oleh, misalnya: Manajer kampanye masing-masing pihak.
Sumber:
LJ
UTS Semester I,Socio-Cultural Competence and Resilience.Arif Rudi S. DRK,
Unhan, 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar