Perubahan Sikap Melalui High Cognitive Effort
Persuasion
Editor: Arif Rudi
S
Pertanyaan:
Anda ingin merubah
sikap (attitude) dari seorang tokoh
masyarakat dari salah satu kelompok yang sedang berkonflik etno-religius dengan
kelompok lawannya. Tokoh ini sangat diskriminatif dan anti dengan kelompok
lawannya, menganggap versi penderitaan kelompoknya adalah yang paling benar,
dan pihak lawannya adalah pihak agresor yang harus dibasmi sampai tuntas.
Walaupun pendidikannya tidak terlalu tinggi namun yang bersangkutan adalah
seorang tokoh karismatis yang menjadi panutan masyarakatnya. Sebagai
fasilitator perdamaian, apa pengertian anda tentang sikap dan langkah-langkah
apa yang akan anda lakukan untuk merubah sikapnya?
Jawaban:
Pada dasarnya
sikap dapat diubah karena setiap orang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Persuasi adalah salah satu cara untuk mengubah sikap. Persuasi dapat membentuk
dan merubah sikap hasil dari pengolahan informasi. Langkah yang dapat
diterapkan kepada tokoh yang karismatis dan menjadi panutan masyarakatnya akan
tetapi pendidikannya tidak terlalu tinggi tersebut adalah High Cognitive
Effort Persuasion yang mengajak tokoh tersebut untuk merefleksikan dirinya
sebagai pihak lawannya ia dapat memahami dengan lebih baik tentang penderitaan
lawannya. Upaya persuasi ini berfokus pada usaha pengolahan secara sistematis
yang dipandu oleh fasilitator.
Tokoh yang mendapatkan
pesan persuasif secara aktif tersebut diharapkan setelah pesan-pesan tentang
pengetahuan masalah yang terjadi, maka sikapnya selama ini terhadap konflik
etno religius tersebut diharapkan berubah menjadi pemikiran atau tanggapan secara
kognitif yang baru. Perubahan sikap dari mediasi oleh melalui respons kognitif
tokoh tersebut. Tingkat dan arah perubahan sikap merupakan fungsi dari respons
kognitif yang terkaitan dengan pesan dan posisi tokoh tersebut. Respon kognitif
yang ditunjukkan oleh tokoh tersebut dapat (a) yang menguntungkan, (b) tidak
menguntungkan, atau (c) netral. Semakin besar tanggapan positif dan semakin
kecil tanggapan negatif yang oleh pesan yang muncul, semakin besar perubahan
sikap ke arah yang dianjurkan oleh pesan-pesan yang diinternalisasikan kepada
tokoh tersebut.
Sumber:
LJ
UAS Semester I, Socio-Cultural Competence and Resilience, Arif Rudi S. DRK,
Unhan, 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar